Recap NGOCEH #17: Merawat Bumi, Merawat Indonesia
NGOCEH kali ini kedatangan Kak Ruswanto - Co-Founder & Chief Operating Officer Sahabat Lingkungan (Saling.id) selaku narasumber hebat kita. Pertamanya, Saling.id berangkat dari keresehan Kak Ruswanto dan 2 founder lainnya terkait isu lingkungan di Sukabumi. Menurut Kak Ruswanto, lingkungan Indonesia punya banyak masalah yang kompleks. Penebangan hutan, meskipun diikuti dengan penanaman hutan kembali, masih tetap kurang. Dari 2019-2021 ada 300 ribu hektar atau sekitar 230 ribu lapangan sepak bola hutan hilang di Indonesia karena penebangan hutan*. Kebakaran hutan juga kerap terjadi karena pembukaan lahan. Di tahun 2023 sendiri ada 14 ribu titik panas dengan 6 ribu kebakaran aktif menurut BMKG.
Menurut Kak Ruswanto, polusi udara, yang biasanya ada di kota besar karena emisi kendaraan bermotor dan industri juga harus diperhatikan. Di Jakarta, kualitas udaranya buruk sekitar AQI 150-200 yg termasuk ekstrim, padahal idealnya berada di angka 50*. Kualitas air di Indonesia juga bisa dibilang mengkhawatirkan karena sekitar 40% sungai di Indonesia telah tercemar berat akibat pencemaran industri, limbah, sampah dari sungai ke laut*. Banyak kota di Indonesia yang menghadapi masalah sampah yang mengakibatkan ada pencemaran dan penumpukan sampah. Di Indonesia ada 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.*
Selain itu, dunia sudah dilanda perubahan iklim. Hal ini bisa kita lihat dari peningkatan suhu, perubahan pola hujan, dan kenaikan air laut. Perubahan ini kemudian juga mempengaruhi ketahanan pangan, kesehatan, dan kehidupan di pesisir. Sadarkah SahabatKK akan kemarau berkepanjangan? Hal ini akan berpengaruh ke pertanian yang berimbas ketahanan pangan. Perubahan iklim, hutan yang rusak, dan perburuan liar ini juga mengancam keanekaragaman hayati di Indonesia.
Kak Ruswanto mengatakan bahwa concern yang dimilikinya tumbuh dari melihat kehidupan sehari-hari, seperti cuaca yang tidak menentu dan menandakan perubahan iklim. Menurut Kak Ruswanto, membuat orang lain untuk peduli dengan lingkungan itu proses panjang. Makanya Kak Ruswanto terus bertahan dari 2018 sampai sekarang dengan kampanye terus-meneruts baik dari media sosial maupun secara langsung. Mulai dari edukasi hingga aksi langsung, pemberdayaan, Kak Ruswanto selalu memastikan untuk memasukkan unsur kreatif untuk promosi isu lingkungan untuk menarik Gen Z dan millenial dan jadi pengalaman yang menarik untuk Kak Ruswanto. Saling.id sendiri lebih fokus ke pengelolaan sampah. Kegiatannya meliputi bank sampah, kampanye lingkungan & sampah, workshop, talkshow, webinar, aksi tanam pohon, clean up, dan aktivitas kreatif kolaborasi.
Di zaman sekarang, sudah ada banyak cara dan berbagai platform untuk tambah wawasan atau terjun langsung di isu yang diminati. Mulai dari edukasi diri sendiri dulu. Update dengan isu lingkungan dan dampaknya di keseharian. Pahami problem dan tantangannya. Dari situ, SahabatKK bisa mulai cari cara untuk ikut serta dalam aksi atau sosialisasi isu lingkungan.
SahabatKK juga bisa mulai dari menerapkan gaya hidup less waste (karena kalo zero waste masih tergolong susah karena kapitalisme di produk industri) seperti mengurangi produk sekali pakai, membawa wadah minum atau makan sendiri, membawa totebag, dan lain-lain. Sampah yang kamu dapat selama perjalanan juga bisa dibawa pulang buat recycle. SahabatKK juga bisa ikut tanam pohon atau clean up day yaitu aksi bersih-bersih lingkungan. Kamu juga bisa mulai menggunakan listrik dan air dengan bijak.
Klasifikasi tantangan dan peluang untuk generasi muda untuk ikut serta dalam aksi lingkungan menurut Kak Ruswanto ada:
Tantangan
Belum banyak yang paham mendalam tentang isu lingkungan, jadi SahabatKK harus punya rasa penasaran dan meningkatkan edukasi lingkungan dengan menafaatkan media sosial untuk share informasi.
Keterbatasan sumber daya misal finansial sehingga terbatas untuk melakukan proyek lingkungan yang kemudian diatasi dengan mencari dana dari perusahaan, lembaga, atau dana hibah/grant.
Kurang dukungan dari lingkungan sosial misal keluarga/masyarakat. Penting bagi SahabatKK jangan sampe turun semangat karena mungkin lingkungan sekitar belum terlalu paham & sadar juga dengan masalah yang ada.
Peluang
Akses informasi yang lebih mudah di zaman sekarang.
Kesadaran generasi yang sudah lebih meningkat dari sebelumnya.
Dukungan organisasi dan pemerintah sudah lebih banyak.
Sudah ada beberapa opsi baru untuk solusi masalah lingkungan, mesin sampah, setor sampah, dan lain-lain.
Membangun kemitraan lebih mudah.
Kak Ruswanto juga menjawab rasa penasaran dari SahabatKK, seperti kenapa Indonesia belum bisa seperti Jepang yang sudah lebih tertib dalam pengelolaan lingkungan. Menurutnya, hal ini berkaitan dengan peraturannya yang udah lebih tertata dan lebih ketat, mirip sama di Singapura juga. Karena orang-orang belum akan sadar kalau belum merasakan dampaknya, bisa fokus ke benefit dan resikonya dlm membuat peraturan sehingga transformasinya bisa lebih cepat. Namun kalau belum bisa, transformasi yang lebih “lambat” bisa dilakukan lewat edukasi. Ada program dari Saling.id untuk edukasi anak sekolah tentang isu lingkungan karena lebih mudah dan edukasi sejak dini. Ada kegiatan duta, volunteer, workshop, aksi lingkungan Di negara lain sendiri yang tertib dalam pengelolaan lingkungan sudah diterapkan pendidikan sejak dininya jadi udah terbiasa tertib dalam menjaga lingkungan.
Dalam momen bulan kemerdekaan ini juga, Kak Ruswanto menyampaikan bahwa menjaga lingkungan erat dengan patriotisme karena kesejahteraan kehidupan jadi kita berkontribusi ke kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan (sustainability) juga berarti memastikan SDA masih ada untuk generasi mendatang. Mengelola & menggunakan sumber daya dengan bijak jadi menjaga stabilitas sosial dan ekonomi jangka panjang. SDA ini juga nantinya akan jadi kebanggaan dan identitas nasional. Kalau dilestarikan dengan merawat warisan nasional itu, kita secara tidak langsung juga menunjukkan cinta tanah air dan tanggung jawab sekaligus mendukung citra baik Indonesia di mata internasional.
Kak Ruswanto juga mengenalkan SahabatKK pada program-program Saling.id, seperti Saling goes to school buat edukasi ke anak sekolah tentang isu edukasi, lingkungan, komunikasi, bisnis, finansial, dan lain-lain yang mendukung. Ada WCD (World Clean Up Day) dan program lainnya, SahabatKK bisa pastikan ikuti terus informasinya di media sosial @saling.id.
NGOCEH #17 kemudian ditutup dengan harapan dan cita-cita ke depannya terkait isu lingkungan di Indonesia. Harapannya, ada banyak orang terutama generasi muda yang punya banyak energi yang peduli dengan isu lingkungan karena sesuai tagline saling.id, “Kalau bukan kita, siapa lagi?” dan banyak orang bisa melipatgandakan isu ini di masyarakat
Kak Ruswanto juga menyampaikan pesan semangat, seperti cari hal yang paling relate untuk kamu dari dampak isu lingkungan ke keseharianmu sehingga kita bisa mulai motivasinya dari diri sendiri! Jangan pernah mengkerdilkan cara-cara kecil untuk menjaga lingkungan seperti tanam pohon, buang sampah pada tempatnya, dan lain-lain karena kalau hal tersebut dilakukan oleh banyak orang, dampaknya akan sangat bermanfaat bagi bumi dan masyarakat. Sekecil apapun aksi yang dilakukan sudah menjadi langkah baik dalam menjaga lingkungan.
Yuk, SahabatKK, mulai saat ini kita mulai dari langkah-langkah kecil untuk merawat bumi!
References:
7,2 Juta Ton Sampah di Indonesia Belum Terkelola Dengan Baik | Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2023). Kemenkopmk.go.id. https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-baik
Danur Lambang Pristiandaru. (2024, March 27). Sepanjang 2023, Indonesia Kehilangan Hutan Setara 238.318 Lapangan Sepak Bola Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com; Kompas.com. https://lestari.kompas.com/read/2024/03/27/140000586/sepanjang-2023-indonesia-kehilangan-hutan-setara-238.318-lapangan-sepak-bola?page=all#google_vignette
Dwitri (2024). Agar Sungai Tak Berhenti Mengalir. Indonesia.go.id. https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8068/www.mongabay.co.id
Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta dan Polusi Udara di Indonesia | IQAir. (2024, September 23). Iqair.com. https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta?srsltid=AfmBOorUiRItodc-A6THYkN9ymLWYfpkARSADvBaxfWhRRvlSP9ivX41