RECAP CBT x UNFPA: Memahami Kekerasan Berbasis Gender & Kesehatan Reproduksi 

Trigger Warning: Artikel ini memuat topik tentang kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya pada genitalia perempuan. Jika kamu merasa kurang nyaman dengan pembahasan ini, silakan tutup artikel ini.

Dalam rangkaian pengembangan kapasitas untuk penerima Beasiswa BESTARI, sesi pertama dibuka dengan topik "Kekerasan Berbasis Gender & Praktik Berbahaya" yang diselenggarakan bersama UNFPA. Di sini, Kak Fadilla sebagai pemateri, menjelaskan berbagai hal penting terkait gender dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Mengenal Gender dan Kesetaraan Gender

Di awal sesi, Kak Fadilla menjelaskan bahwa gender bukan soal biologis atau bawaan sejak lahir, melainkan konstruksi sosial yang menentukan peran antara laki-laki dan perempuan. Sesi ini dimulai dengan kuis interaktif untuk memahami konsep gender lebih dalam. Kak Fadilla juga mengajak penerima beasiswa BESTARI untuk refleksi seputar pengalaman diskriminasi gender yang pernah mereka saksikan atau alami.

2. Ketidakadilan yang Sering Terjadi Akibat Stereotip Gender

Ada lima bentuk ketidakadilan gender yang disampaikan Kak Fadilla, yaitu subordinasi, beban ganda, marjinalisasi atau pemiskinan, kekerasan, dan stereotip. Misalnya, perempuan sering dianggap tidak perlu mengejar pendidikan tinggi karena kelak hanya akan “kembali ke sumur, dapur, kasur.” Ada juga beban ganda yang dialami perempuan, yaitu harus mengurus rumah sekaligus bekerja.

3. Bahaya Perkawinan Anak

Kak Fadilla juga membahas dampak buruk perkawinan anak, terutama bagi perempuan, seperti risiko komplikasi kehamilan, putus sekolah, stunting, kurang siap menjadi ibu, dan keterbatasan dalam mencari pekerjaan layak. Hal-hal ini penting dipahami oleh generasi muda agar bisa mendorong perubahan positif di masyarakat.

4. Praktik P2GP (Pelukaan Pada Genitalia Perempuan)

Topik lain yang dibahas adalah P2GP atau sunat perempuan, yang kerap dilakukan karena norma sosial meskipun sebenarnya tidak ada manfaat medisnya. Bahkan, praktik ini justru dapat membahayakan kesehatan perempuan, seperti infeksi saluran kemih, pembentukan kista, disfungsi seksual, hingga komplikasi saat persalinan.

5. Kesehatan Reproduksi Remaja

Sesi berikutnya diisi oleh Kak Livia yang menjelaskan tentang kesehatan reproduksi remaja, mulai dari pubertas, organ reproduksi perempuan, hingga pentingnya menjaga kebersihan diri saat menstruasi. Kak Livia juga menjelaskan bahwa siklus menstruasi setiap orang berbeda, dan hal ini wajar terjadi. Misalnya, beberapa remaja mungkin memiliki kelainan hormon PCOS yang membuat siklus menstruasi tidak teratur.

6. Pentingnya Batasan Diri di Era Digital

Selain membahas kesehatan fisik, Kak Livia juga menekankan pentingnya memiliki batasan diri di era digital. Bagi remaja, menjaga privasi, baik secara fisik maupun digital, sangat penting. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan komentar atau perlakuan orang lain di media sosial, beranilah mengatakan tidak dan komunikasikan perasaanmu dengan tegas.

Kesimpulan

Melalui sesi pengembangan ini, kita diajak memahami lebih dalam tentang isu-isu ketidakadilan gender dan pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Mengetahui hak kita, menjaga batasan diri, dan memahami konstruksi gender dapat membantu membangun generasi yang lebih setara dan saling menghargai. Sebagai remaja, kamu punya peran penting untuk mengedukasi diri sendiri dan lingkungan sekitar agar tercipta masyarakat yang lebih adil dan peduli terhadap kesejahteraan semua gender. Mari bersama-sama bangun masa depan yang lebih baik!

SahabatKK, semoga artikel ini membantu kamu untuk memahami diri sebagai perempuan.

Ikuti terus Yayasan Khouw Kalbe dan Sesi CBT untuk dapatkan informasi bermanfaat lainnya.