Sumber : NCC NetralNews
Sumber : NCC NetralNews
Oleh : Yunita Maharani
Di era revolusi kemerdekaan Indonesia, tidak hanya pejuang laki-laki saja yang berjuang melawan penjajah di medan pertempuran kala itu. Setelah kemerdekaan Indonesia, saat itu pemerintahan Indonesia masih dalam keadaan “kosong”. Hal ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk melancarkan kembali aksinya ke Indonesia setelah Jepang pergi dari Indonesia.
Dari sini, para pemuda-pemudi Indonesia mendirikan beberapa laskar sebagai bentuk tindakan untuk melawan Belanda. Salah satunya adalah Laskar Putri Indonesia atau LPI. LPI didirikan pada 11 Oktober 1945 di Surakarta oleh Srini, Ibnoe Umar dan Sarwenten. Tujuan didirikan LPI adalah untuk membentuk pasukan tempur perempuan yang bergerak bersama laki-laki sebagai garda terdepan untuk melindungi Indonesia. LPI memiliki sekitar kurang lebih 500 anggota yang terdiri dari pelajar, guru, hingga putri-putri priyayi yang berumur belasan tahun.
Para anggota LPI dibekali pendidikan kemiliteran yang diperoleh dari prajurit yang tergabung dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang sekarang berubah nama menjadi TNI dan seorang prajurit perwira keraton yang bernama R.M. P. Brodjosasmojo. Pendidikan kemiliteran yang diperoleh seperti ilmu pengetahuan persenjataan, ilmu berperang, siasat berperang, baris-berbaris, serta ilmu mempertahankan diri. Selain pendidikan kemiliteran, anggota LPI juga diajarkan tentang pengetahuan umum, ilmu Rohani, ilmu kejiwaan, ilmu Kesehatan dan tata negara. Hal ini karena ada beberapa dari anggota LPI yang masih berstatus pelajar, tujuannya agar mereka tidak lupa dengan pelajarannya dan tidak tertinggal dengan teman seusianya.
Laskar Putri Indonesia Surakarta adalah pejuang Perempuan yang sebagian besar anggotanya adalah pelajar dari kota Solo. LPI terbentuk atas dorongan patriotisme dan nasionalisme untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Laskar Putri Indonesia terbagi menjadi beberapa kompi yakni kompi yang membantu dapur umum di luar kota, kompi tempur dan sebagian lagi ada yang ditugaskan membawa nasi lauk untuk diberikan ke pejuang-pejuang TKR. Para anggota LPI juga sering membantu menyusupkan senjata dan granat untuk diberikan kepada para pejuang TKR. Mereka melakukan penyamaran agar senjata, granat dan asupan makanan bisa sampai pada garis depan. Teknik penyamaran merupakan teknik intelijen.
Selain itu, pada LPI juga ditugaskan untuk membantu para TKR mengamankan Solo dari penyusup. Apabila ada orang datang ke Solo, LPI akan memeriksa penumpang Perempuan yang diduga bisa jadi merupakan mata-mata atau agen rahasia dari NICA. Pemeriksaan tersebut dilakukan baik pada pendatang baru yang lewat bus ataupun kereta api.
Setelah revolusi Indonesia mulai stabil, tugas LPI tidak berhenti disitu saja. LPI dilibatkan dalam pengawasan ekonomi akibat dari keikutsertaan mereka dalam operasi blokade ekonomi. Kemudian, LPI juga ditugaskan untuk membantu TKR dalam menjaga percetakan uang negara dan mengawasi para pekerja Perempuan yang lainnya.
Laskar Perempuan Indonesia dibubarkan pada Oktober 1948 dengan alasan perintah rasionalisasi kepada seluruh badan kelaskaran. Namun, perjuangan Laskar Perempuan Indonesia tidak boleh dipandang enteng. Sebab berkat keberanian mereka yang tidak kalah besarnya dengan pejuang laki-laki, mereka juga mampu menaklukan para penjajah dengan berdiri sebagai front terdepan untuk menjaga kemerdekaan Indonesia. Yuk SahabatKK, temukan inspirasi dari pahlawan perempuan yang berani membela tanah air mereka.
Baca juga : Profil Opu Daeng Risaju, Pahlawan Perempuan dari Sulawesi
Sumber :
Ardanareswari, Indira. (2019, 30 Agustus). Laskar Putri Indonesia, Prajurit dari Solo. https://tirto.id/laskar-putri-indonesia-prajurit-perempuan-dari-solo-ehan
Rosalina, Dian. (2023, 11 Agustus). Laskar Putri Indonesia: Para Perempuan di Barisan Depan Pertahanan Kemerdekaan. https://www.cxomedia.id/general-knowledge/20230811133418-55-179233/laskar-putri-indonesia-para-perempuan-di-barisan-depan-pertahanan-kemerdekaan